PALANGKA–NEWS.CO.ID, JAKARTA – Menang dalam sebuah kesempatan, tokoh nasional sekaligus ulama terkemuka, Nasaruddin Umar, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka atas pernyataan yang sempat menimbulkan kesalahpahaman di kalangan pendidik.
Ia menegaskan, tidak ada sedikit pun niat untuk merendahkan profesi guru, sebab dirinya pun lahir dan besar dari dunia pendidikan.
“Saya mohon maaf apabila ada ucapan saya yang ditafsirkan menyinggung para guru. Sama sekali bukan maksud merendahkan profesi mulia ini. Saya pun guru, saya lahir dan tumbuh dari dunia pendidikan, dan saya sangat menghormati guru-guru saya,” ujar Nasaruddin Umar.
Menurutnya, guru adalah pilar utama kemajuan bangsa. Tanpa guru, tidak mungkin lahir generasi yang cerdas, berakhlak, dan mampu membawa perubahan positif. Ia pun mengajak masyarakat untuk terus menghargai perjuangan guru yang dengan ikhlasp mendidik anak bangsa, bahkan di daerah terpencil sekalipun.
Lebih lanjut, Nasaruddin menekankan pentingnya menjadikan guru sebagai teladan yang dihormati. “Saya percaya, guru adalah ujung tombak peradaban. Maka saya selalu menempatkan profesi guru di tempat yang sangat tinggi,” tambahnya.
Dengan pernyataan resmi ini, Nasaruddin Umar berharap polemik dapat mereda, dan semangat kebersamaan dalam membangun pendidikan di Indonesia bisa terus dijaga.
“Saya menyadari bahwa potongan pernyataan saya tentang guru menimbulkan tafsir yang kurang tepat dan melukai perasaan sebagian guru. Untuk itu, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. Tidak ada niat sedikit pun bagi saya untuk merendahkan profesi guru. Justru sebaliknya, saya ingin menegaskan bahwa guru adalah profesi yang sangat mulia, karena dengan ketulusan hati merekalah generasi bangsa ditempa,” ujar Nasaruddin, Rabu (3/9/2025),
Menag Ingatkan Guru Itu Ladang Amal Jariyah: Kalau Niatnya Cari Uang Jangan Jadi Guru Menag menambahkan, dirinya pun seorang guru.
“Puluhan tahun hidup saya, saya abdikan di ruang kelas, mendidik mahasiswa, menulis, dan membimbing. Karena itu, saya sangat memahami bahwa di balik kemuliaan profesi ini, guru tetap manusia yang membutuhkan kesejahteraan yang layak,” tambahnya.
Menag menegaskan, pemerintah, khususnya melalui Kementerian Agama, terus berkomitmen menghadirkan langkah nyata untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru.
Berbagai langkah nyata terus dilakukan. Tahun ini, misalnya, sebanyak 227.147 guru non-PNS menerima kenaikan tunjangan profesi. Jika sebelumnya mereka memperoleh Rp1,5 juta per bulan, kini jumlahnya bertambah Rp500 ribu sehingga menjadi Rp2 juta per bulan.
Tak hanya itu, perhatian juga diberikan pada peningkatan kompetensi. Saat ini lebih dari 102 ribu guru madrasah dan guru pendidikan agama tengah mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan.
Apabila ditotal, sepanjang 2025 ada 206.411 guru yang menjalani program penting ini. Padahal, pada 2024 hanya 29.933 yang ikut PPG. Artinya ada kenaikan hingga 700% pada tahun ini. PPG bukan sekadar pelatihan, tetapi juga menjadi syarat utama bagi guru untuk mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG).
Tugas Kita Menyampaikan Ketenangan Dalam tiga tahun terakhir, Kementerian Agama juga telah membuka jalan lebih luas bagi para pendidik honorer. Sebanyak 52 ribu guru honorer berhasil diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
“Semua ini adalah bentuk nyata perhatian negara bagi peningkatan kesejahteraan sekaligus penguatan kapasitas para guru,” ujar Menag penuh keyakinan.
Guru panggilan jiwa Di akhir pernyataannya, Menag kembali menegaskan bahwa guru adalah profesi yang bukan sekadar pekerjaan, melainkan panggilan jiwa. “Bagi saya, guru bukan hanya pekerjaan, tetapi panggilan jiwa.
Dan karena kemuliaannya itulah negara wajib hadir memperhatikan kesejahteraannya. Mari kita bersama menjaga martabat guru, sebab dari tangan merekalah masa depan bangsa lahir dan tumbuh,” jelas Menag Nasaruddin Umar.
Pewarta. : Meggy Perwakilan Pknews di Jakarta
PT palangka news jaya mandiri